Haii gaiss! Jadi, sekarang aku mau bagi contoh essay yang dibuat untuk Forum Pelajar Indonesia ke 8 dari ISYF dan alhamdulillah lolos. Salah satu syarat pendaftarannya adalah membuat essay dan mengirimkan sebuah video yang bertemakan "Karya Pelajar untuk Indonesia"
Nah ini essaynya, dan di bawah adalah video yang aku kirim.
JANGAN
JADI MISKIN KREATIF
Karya
Urfi Rihhadatul’aisy
Dewasa
ini, manusia berlomba-lomba menciptakan sesuatu. Mereka terlahir melahirkan
karya dan ide-ide kreatif. Mereka berkompetisi membuat karya supaya
kehadirannya berguna bagi keluarga dan masyarakat. Sayangnya, beberapa orang menghalalkan
segala cara dengan menjiplak karya orang lain.
Di
awal tahun 2016, saya membuat video untuk salah satu akun media sosial, instagram.
Video itu berisi stop motion sepenggal lirik lagu Ayu Ting-Ting berjudul “Sambalado”
yang dikreasikan. Menggambar setiap detail, memfoto, dan mengedit sekitar 400
foto menjadi sebuah video bukanlah perkara mudah. Butuh waktu lebih dari 6 jam membuat
video berdurasi 15 detik tersebut. Hasilnya memuaskan. Video itu pun dimasukkan
ke instagram dan Ayu Ting-Ting juga ditandai sebagai pemilik lagu. Dua minggu
setelah video berada di instagram, salah seorang kerabat dekat menginformasikan
video itu masuk ke salah satu akun asosiasi video instagram terbesar di Indonesia.
Namun, saat melihat video itu saya tercengang. Nama pembuatnya adalah nama
orang lain. Saat itu saya merasa hasil karya saya telah dicuri. Segala cara
telah saya lakukan untuk mengganti nama pembuatnya. Video dalam akun itu saya komentari
berkali-kali namun tidak dihiraukan. Teman-teman dan keluarga juga membantu mengomentari
namun tetap tidak dihiraukan. Keesokan harinya, saya mengirim email ke contact person dari asosiasi tersebut
dan mengirimkan sejumlah bukti foto pembuatan. Dua hari setelahnya, nama
pembuat pun diganti menjadi nama saya. Mungkin kejadian ini tidak akan terjadi
jika nama pembuat dicantumkan dalam video. Ini merupakan kesalahan kecil namun penting
dalam sebuah karya. Hak cipta dan penamaan adalah hal penting.
Karya
atau karangan adalah sebuah hal yang diciptakan untuk dinikmati. Seorang
pembuat karya memiliki tujuan memikat hati penonton, pembaca, atau pemerhati. Tapi
sangat disayangkan, diantara pemerhati yang menyukai karya tersebut, ada saja plagiat.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia tahun 1986, plagiat adalah mengambil atau
pengambilan karangan orang lain dan disiarkan sebagai karangan (pendapat)
sendiri. Maka dari itu, seluruh pelajar Indonesia yang berkarya hendaknya memberi
nama dalam karyanya dan tidak melakukan plagiarisme, pencetakan ulang atau copy paste, penjiplakan, dan mencontek.
Menurut
saya, plagiat dan mencontek adalah dua hal yang sama. Terutama saat ujian
beralangsung, mencontek sama saja dengan mengambil karangan orang lain dan
mengakuinya sebagai karangan sendiri. Kedua hal ini adalah bintik-bintik dari cyber crime dan tindak pidana korupsi.
Anak
Indonesia memiliki jiwa penemu dan kreatif. Anak Indonesia dapat menciptakan
ribuan karya-karya baru. Seperti kata Bapak Anies Baswedan seorang Menteri
Pendidikan dan Kebuduyaan tahun 2015, “Guru mulia adalah guru berkarya.”
Walaupun begitu, tidak hanya seorang guru, pelajar juga bisa menjadi pelajar
mulia yang berkarya. Saya ingin suatu saat pelajar Indonesia yang berawal dari
pemula menjadi penemu dan menghasilkan karya besar untuk kemajuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Jika
pembaca adalah korban dari plagiarisme, janganlah berkecil hati karena kamu
bisa membuat ribuan karya lainnya. Untuk itu, marilah kita berkarya lebih
banyak lagi, mengembangkan kreatifitas, dan membuat karangan yang tidak
terbatas. Di dunia ini ide dan kreatifitas adalah hal yang tidak dapat
dibatasi. Sebagai seorang pelajar, marilah kita terus bermimpi, terus berkarya,
dan terus melukiskan sejarah. Permasalahan di masa lalu seperti penjiplakan dan
pencontekan hendaknya dijadikan pelajaran. Setiap karangan atau karya memiliki
hak cipta, dan pembuat harus memiliki tanda kepemilikan. Jangan biarkan ada
penjiplak dan plagiater baru. Kita harus kaya akan ide-ide baru. Saya pun tidak
akan bosan membuat karangan baru dan akan terus berkarya. Seorang guru Bahasa
Inggris pernah berkata, “It’s okay being crazy than lazy.” yang artinya, “Tidak
apa-apa menjadi gila (berkarya) daripada malas.”
Komentar
Posting Komentar